Rabu, 15 Oktober 2014

Perkembangan Filsafat

Terinspirasi Oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. 
Pada Perkuliahan ke-4 Tanggal 9 Oktober 2014 


 Filsafat mencakup Yang Ada dan Yang Mungkin Ada. Sifat dari yang ada yaitu banyak sekali (invinite) diantaranya bersifat tetap (Permenides) atau yang bersifat berubah (Heraklitos), yang ada itu bisa satu (monoisme), dua (dualisme) atau banyak (pluralisme). Hasil pemikiran bersifat tetap karena ada dalam pikiran manusia misalnya sekali umat tetap umat, tidak bisa berubah. Sekali batu tetap batu, sekali hidup tetap hidup, sekali manusia tetap manusia, sekali pikiran ya tetap pikiran, tidak bisa berubah. Sekali sifat ya sifat, sekali subyek ya subyek, tidak bisa berubah. Inilah yang disebut hukum identitas.Hasil pemikiran bersifat berubah yaitu semua yang di dunia ini tidak ada yang tetap, semua mengalami perubahan. Sesuai dengan hukumnya yaitu aku tidak bisa menyebut diriku (aku tidak sama dengan aku) itu di dunia. Berbeda dengan yang tetap/identitas yaitu aku sama dengan diriku (aku sama dengan aku). Maka semua kebenaran sejatinya hanya ada di dalam pikiran. Karena dalam yang nyata aku yang tadi tidak sama dengan aku yang sekarang. Hubungannya dengan matematika, maka kebenarannya  pun hanya ada di dalam pikiran, jikalau diucapkan atau ditulis maka semua matematika itupun menjadi salah. Yang bisa menjadi Aku = Aku hanyalah Tuhan Sang Pencipta alam semesta saja yang lain tidak bisa. Karena kita manusia, tidak bisa menyebut aku sama dengan diriku, maka hukumnya adalah kontradiksi. Jadi, dalam filsafat ada dua hukum, hukum identitas dan hukum kontradiksi.
 Sifat tetap atau yang disebut dengan istilah Permenides diyakini oleh tokoh Plato, yang menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di dalam pikiran. Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif, tetapi pengertian umum itu sudah tersedia di alam idea. Aliran yang dianut Plato ini dinamakan aliran idealisme.Kata idealisme diambil dari kata ide. Idealisme menyatakan bahwa segala sesuatu sudah ada dalam pikiran, sedangkan materi atau lainnya adalah contoh atau sampingan melainkan semuanya berasal dari pikiran. 
 Sifat berubah atau yang disebut dengan istilah heraclitos diyakini oleh tokoh Aristoteles, yang menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di luar pikiran. Aristoteles mengemukakan bahwa hakekat yang ada dibentuk dari luar pikiran atau kenyataan, sehingga aliran Aristoteles dinamakan aliran Realisme.Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme. 
 Sesuatu yang tetap itu bersifat analitik, yang berubah bersifat sintetik. Analitik hukumnya identitas, Analitik itu bersifat a priori, sedang yang sintetik bersifat a posteriori. Jika di dalam pikiran itu artinya memakai rasio, maka muncul aliran rasionalisme. Rasionalisme itu sejalan dengan Permenides. Tokoh rasionalisme adalah Rene Descartes. Yang berubah itu diluar pikiran adalah pengalaman, maka muncul aliran empirisisme. Tokohnya adalah David Humme. Rene Descartes mengatakan tiadalah ilmu jika tanpa rasio. Sedangkan sebaliknya, menurut David Humme tiadalah ilmu jika tidak ada pengalaman. Masing-masing paham ini mempunyai pengikut. Aspek dari rasionalisme yaitu ragu-ragu (filsafatnya skeptisisme) dan konsisten (filsafatnya koherentisme). Sedangkan aspek dari empirisisme adalah metode penemuan (scientificisme) dan korespondensianisme. 
 Kemudian muncul tokoh yang netral yaitu Immanuel Kant, Immanuel kant mengambil jalan tengah yaitu memadukan dan mengemukakan bahwa  Analitik dan a posteriori itu beda hakekat, kalau analitik itu identitas, berarti mestinya dia bisa memikirkannya walupun belum mempunyai pengalaman akan hal itu. Padahal analitik a posteriori artinya tidak mampu memikirkan karena belum punya pengalaman. Berarti tidak mungkin. Sintetik dan a priori, sintetik itu dari peristiwa satu ke peristiwa berikutnya, a priori itu dipikirkan, inilah Immanuel Kant. .Sintetik yang bersifat kontradiksi karena dari pengalaman satu ke pengalaman yang lain, maka diperoleh pengetahuan disebut intuitif, dan lahirlah intusionisme. Dari intuisi berdasarkan pengalaman maka terbentuklah kategori dan lahirlah filsafat kategorisisme. Kategori adalah cikal bakal logika. Jadi logika itu ada kaitannya dengan pengalaman, dengan logika manusia kemudian bisa mencari pengalaman berikutnya, demikian seterusnya. Inilah yang disebut metode hermenetika. Logika adalah bersifat formal, maka lahirlah filsafat formalisme. Matematika juga formal, maka matematika bersifat aksiomatik atau dalil. Matematika yang bersifat aksiomatik adalah matematika murni atau formal atau matematika pada perguruan tinggi. Berbeda dengan matematika untuk anak-anak. Kalau matematika untuk perguruan tinggi diberikan pada anak-anak maka akan membuat matematika itu sangat dibenci anak muda karena begitu sulit untuk dicerna.
 Hakekat manusia yang diharapkan adalah sesuai dengan tatanan yaitu mulai dari yang paling bawah material, formal, normatif, hingga spiritual. Namun, pada kenyataanya masa kontemporer tidak seperti itu. Secara sosiologis tahapan perkembangan manusia dari yang paling bawah dimulai dari Archaic atau jaman manusia batu/purba. Di atasnya ada Tribal, manusia pada jaman ini sudah punya peralatan untuk menyokong kehidupannya, misalkan tombak. Kemudian di atas tribal ada tradisional. Tradisional itu manusia-manusia di jaman yang belum mengenal teknologi, belum mengenal komputer, handphone, dll. Tradisional kalau sudah dikuasai oleh motif, namanya feodal/kerajaan. Pada jaman feodal sudah ada teknologi, tapi teknologi tersebut yang menguasai orang, teknologi menguasai masyarakat, teknologi menguasai bangsa maka muncullah feodalisme. Di atas feodal muncullah modern. Di dalam filsafat modern itu muncul pada zaman sebelum ada paham Descartes. Yaitu zaman yang disebut abad gelap. Abad gelap didominasi oleh gereja, yaitu tidak boleh seseorang mengklaim kebenaran kecuali atas restu gereja. Maka muncullah Coppernicus yang melahirkan filsafat coppernicusian. Kemudian muncul Galileo Galilei, Bruno. Coppernicus menggulingkan pendapat gereja yang mengatakan bahwa bumi merupakan pusat tata surya atau Geocentrisisme, menurut coppernicus mataharilah yang merupakan pusat tata surya sehingga muncullah  Heliocentrisisme. Setelah jaman modern, muncullah post modern. Setelah post modern ada post post modern. Jaman kontemporer sekarang yang disebut jaman post post modern atau yang disebut  PowerNow Filsafatnya meliputi Kapitalisme, utilitarian, Pragmatisme, materialisme, headonisme dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar