Terinspirasi dari perkuliaha ke-3 Filsapat
Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Pada tanggal 02 Oktober 2004.
Mahasiswa :
Apakah
tes itu sebagai ukuran bahwa siswa sudah mampu memahami pelajaran atau tidak ?
Dosen :
Dalam
filsapat, Tes tidak berhubungan langsung dengan kemampuan berfilsapat tapi secara
tidak langsung ia.Fungsi tes itu tergantung dari pemberi tes, namun dalam
belajar filsapat tes fungsinya antara lain :
1.
Silaturrahim, tapi bukan untuk menghukum
2.
Untuk mengenalkan karena filsapat
dimulai dari pertanyaan.
3.
Tes dibuat sulit karena ketika jawaban
salah maka supaya tidak sombong dan tinggi hati dari hasil sedikit atau nol
(0).
4.
Kalau matematika dari belum paham
menjadi paham, tapi filspat dari paham menjadi tidak paham, secara psikologi
artinya mulai dari nol.
5.
Tes mengajarkan untuk ikhlas, kalau
iklas maka akan bisa menerima pertanyaan dengan jenis apapun , ketika sudah
sadar akan sesuatu maka mensyukurinya.
Mahasiswa :
Kenapa
manusia dalam memiliki banyak masalah ?
Dosen :
Anda
tidak akan punya masalah ketika anda sama dengan anda. Karena hidup ini terikat
oleh ruang dan waktu. Belum selesai aku mengatakan aku maka ada aku yang kedua.
Pada waktu manusia turun kedunia manusia menjadi subyek dan memiliki predikat.
Tidak akan menjadi subyek sama dengan subyek. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang
subyek sama dengan subyek. Tapi manusia predikat termuat dalam subyek. Predikat
itu sifat, sifat terhadap subyek dan sifat terhadap obyek. Siafat dari pada sifat
memiliki sifat dari yang ada dan yang mungkinada. Jika engkau subyeknya maka
sikap-sikap engkau adalah predikatnya,sperti, spritual, baju dll. Ketika predikat dijadikan subyek maka itu
adalah motif atau mengingkari kebenaran. Subyek tidak sama dengan subyek adalah
masalah. Tetapi engkau mengerti hidup, engkau bisa hidup karena punya masalah.
Mampu mengerti dan belajar filsapat pada saat ditanya dan hasilnya nol. Maka
masalah, kemudian bisa membuat berfikir. Masalah bagian dari kehidupan,
sebenar-benar kehidupan adalah maslah, jika kamu menghindari masalh maka kamu
menghindari hidupmu. Sebenar-benar dunia
jika ssesuai dengan ruang dan waktunya. Ruang dan waktu itu artinya jika berada
diruang yang salah maka akan salah.
Mahasiswa :
Seperti
apakah Berpikir dewasa itu ?
Doseen :
Berfikir
itu adalah filsapat dan dewasa adalah psikologi. Berpikir jangan satu konsep
karena manusia berkembang. Yang kemistri dengan kedewasaan adalah psikologi.
Mahasiswa :
Kenapa
Tidak ada penemu filsapat perempuan dalam sejarah filsapat yang dulu?
Dosen :
Ada
penemu filsapat perempuan tapi diera kontemporer. Tapi jika kita pelajari
secara sosioantropologi, sekitar pada jaman candi borobudur, tidak setiap orang
leluasa untuk menuntut ilmu, tidak setiap orang boleh mengerti karena
beranggapan bahwa jika orang memiliki ilmu maka akan mengguncangkan kekuasaan. Kemungkinan
bisa pada waktu lampau perempuan tidak seleluasa sekarang karena adanya
aturan-aturan yang mengikat pada rakyat.
Mahasiswa :
Seperti
apakah hubungan antara material dan formal ?
Dosen :
MaterialàFormal-àNormatifà
Spritual
Jika
dijabarkan maka akan sangat luas cakupannya. Contohnya Spritual, adai spritual
org awam, kiai, isis dll. Material mulai
dri batu,dll. Formal itu bentuk resmi, dokumen , aturan dll. Normatif spti
filsapat, etik, estetik dll. Contoh lain yaitu Ibadah. Normatif : Seberapa jauh
pengertian pikiran tentang ibadah itu. Formal: Dokumen-dokumen tentang ibadah. Material.
Artepak, masjid, dll. Batu, formalnya : batu patok, normatif : kalkulus, batu
cincin.
Mahasiswa :
Bagaimanakah
cara kita supaya bisa hidup bahagia ?
Dosen :
Bahagia
itu etik dan estetika, tergantung konsepnya. Kalau filsapat, khusunya orang
barat. Bahagia mereka ketika mencari ilmu. Budaya timur ruangnya mencapai
kesempurnann yaitu mencapai spritual. Bahagianya yaitu dekat dengan sang
khaliq, orang beragama bahagia ketika bagus ibadahnya. Orang brat orientasinya
hanya mencari tuhan dengan pikiran. Sedangkan Imam Gozali : tidak cukup dengan
bertanya maka laksanakan. Orang Indonesia bahagianya yaitu hidup harmoni,
harmoni ruang dan waktunya, samapai matipun harus harmoni, akhiir yang baik
yaitu mati dengan harmoni.
Mahasiswa :
Bagaimana cara menggunakan intuisi ?
Dosen :
Intusis
itu ada pada diri kita. Intusi ruang dan waktu, jika kucing bisa buat jadwal
maka dia punya intuisi ruang, tapi kenyataannya kucing tidak bisa buat jadwa.
Artinya pada hewan itu yang ada adalah Insting, bukan karena program tapi
karena insting sehingga monyet bisa berkembang biak. Intuisi itu kapan kita mengerti,
jadi intuisi itu pengalaman pada saat interaksi.
Mahasiswa :
Bagaimana
pendapat bapak tentang cara berdo’a ?
Dosen :
Do’a
itu secara individual atau pribadi masing-masing. Ikhtiar sampai sebats
kemampuan dengan diiringi do’a. Ikhtiar saja membutuhan syarat dan ketentuan
yang harus dilalui apalagi dengan do’a. Tidak semua aspek doa bisa dipikiran
apalagi dikatakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar