Selasa, 07 Oktober 2014

Tanya Jawab Mahasiswa dengan Dosen Filsapat Ilmu

Terinspirasi dari perkuliaha ke-3 Filsapat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Pada tanggal 02 Oktober 2004.

Mahasiswa :
Apakah tes itu sebagai ukuran bahwa siswa sudah mampu memahami pelajaran atau tidak ?
Dosen :
Dalam filsapat, Tes tidak berhubungan langsung dengan kemampuan berfilsapat tapi secara tidak langsung ia.Fungsi tes itu tergantung dari pemberi tes, namun dalam belajar filsapat tes fungsinya antara lain :
1.         Silaturrahim, tapi bukan untuk menghukum
2.         Untuk mengenalkan karena filsapat dimulai dari pertanyaan.
3.         Tes dibuat sulit karena ketika jawaban salah maka supaya tidak sombong dan tinggi hati dari hasil sedikit atau nol (0).
4.         Kalau matematika dari belum paham menjadi paham, tapi filspat dari paham menjadi tidak paham, secara psikologi artinya mulai dari nol.
5.         Tes mengajarkan untuk ikhlas, kalau iklas maka akan bisa menerima pertanyaan dengan jenis apapun , ketika sudah sadar akan sesuatu maka mensyukurinya.

Mahasiswa :
Kenapa manusia dalam  memiliki banyak masalah ?
Dosen :
Anda tidak akan punya masalah ketika anda sama dengan anda. Karena hidup ini terikat oleh ruang dan waktu. Belum selesai aku mengatakan aku maka ada aku yang kedua. Pada waktu manusia turun kedunia manusia menjadi subyek dan memiliki predikat. Tidak akan menjadi subyek sama dengan subyek. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang subyek sama dengan subyek. Tapi manusia predikat termuat dalam subyek. Predikat itu sifat, sifat terhadap subyek dan sifat terhadap obyek. Siafat dari pada sifat memiliki sifat dari yang ada dan yang mungkinada. Jika engkau subyeknya maka sikap-sikap engkau adalah predikatnya,sperti, spritual, baju dll.  Ketika predikat dijadikan subyek maka itu adalah motif atau mengingkari kebenaran. Subyek tidak sama dengan subyek adalah masalah. Tetapi engkau mengerti hidup, engkau bisa hidup karena punya masalah. Mampu mengerti dan belajar filsapat pada saat ditanya dan hasilnya nol. Maka masalah, kemudian bisa membuat berfikir. Masalah bagian dari kehidupan, sebenar-benar kehidupan adalah maslah, jika kamu menghindari masalh maka kamu menghindari  hidupmu. Sebenar-benar dunia jika ssesuai dengan ruang dan waktunya. Ruang dan waktu itu artinya jika berada diruang yang salah maka akan salah.

Mahasiswa :
Seperti apakah Berpikir dewasa itu ?
Doseen :
Berfikir itu adalah filsapat dan dewasa adalah psikologi. Berpikir jangan satu konsep karena manusia berkembang. Yang kemistri dengan kedewasaan adalah psikologi.

Mahasiswa :
Kenapa Tidak ada penemu filsapat perempuan dalam sejarah filsapat yang dulu?
Dosen :
Ada penemu filsapat perempuan tapi diera kontemporer. Tapi jika kita pelajari secara sosioantropologi, sekitar pada jaman candi borobudur, tidak setiap orang leluasa untuk menuntut ilmu, tidak setiap orang boleh mengerti karena beranggapan bahwa jika orang memiliki ilmu maka akan mengguncangkan kekuasaan. Kemungkinan bisa pada waktu lampau perempuan tidak seleluasa sekarang karena adanya aturan-aturan yang mengikat pada rakyat.

Mahasiswa :
Seperti apakah hubungan antara material dan formal ?
Dosen :
MaterialàFormal-àNormatifà Spritual
Jika dijabarkan maka akan sangat luas cakupannya. Contohnya Spritual, adai spritual org awam, kiai, isis dll. Material  mulai dri batu,dll. Formal itu bentuk resmi, dokumen , aturan dll. Normatif spti filsapat, etik, estetik dll. Contoh lain yaitu Ibadah. Normatif : Seberapa jauh pengertian pikiran tentang ibadah itu. Formal: Dokumen-dokumen tentang ibadah. Material. Artepak, masjid, dll. Batu, formalnya : batu patok, normatif : kalkulus, batu cincin.

Mahasiswa :
Bagaimanakah cara kita supaya bisa hidup bahagia ?
Dosen :
Bahagia itu etik dan estetika, tergantung konsepnya. Kalau filsapat, khusunya orang barat. Bahagia mereka ketika mencari ilmu. Budaya timur ruangnya mencapai kesempurnann yaitu mencapai spritual. Bahagianya yaitu dekat dengan sang khaliq, orang beragama bahagia ketika bagus ibadahnya. Orang brat orientasinya hanya mencari tuhan dengan pikiran. Sedangkan Imam Gozali : tidak cukup dengan bertanya maka laksanakan. Orang Indonesia bahagianya yaitu hidup harmoni, harmoni ruang dan waktunya, samapai matipun harus harmoni, akhiir yang baik yaitu mati dengan harmoni.

Mahasiswa :
 Bagaimana cara menggunakan intuisi ?
Dosen :
Intusis itu ada pada diri kita. Intusi ruang dan waktu, jika kucing bisa buat jadwal maka dia punya intuisi ruang, tapi kenyataannya kucing tidak bisa buat jadwa. Artinya pada hewan itu yang ada adalah Insting, bukan karena program tapi karena insting sehingga monyet bisa berkembang biak. Intuisi itu kapan kita mengerti, jadi intuisi itu pengalaman pada saat interaksi.

Mahasiswa :
Bagaimana pendapat bapak tentang cara berdo’a ?
Dosen :

Do’a itu secara individual atau pribadi masing-masing. Ikhtiar sampai sebats kemampuan dengan diiringi do’a. Ikhtiar saja membutuhan syarat dan ketentuan yang harus dilalui apalagi dengan do’a. Tidak semua aspek doa bisa dipikiran apalagi dikatakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar